Entah dunia, entah
Yang namanya pekerja alias karyawan di
Mungkin tradisi turun tahta ini sudah jadi trade mark karyawan nyang status na kontrak hiks..., tiap bulan, tiap tahun mesti dag dig dug nunggu keputusan demi mendapatkan upah yang mungkin lebih tinggi pasak dari pada tiang (ga sepadan bow, tapi teteup berjuang demi status euy…)
Dengan memandang prihatin keadaan pekerja di
Andai seorang pekerja kontrak:
Aku pasti mikir, aku kerja sama beratnya dengan yang permanent, tapi kok kayak ga ada harganya yah. Gaji juga beda jauh, padahal diluar negeri sono, nyang kontrak dapet upahnya lebih gede. Apa salah dan dosaku yah kok jadi karyawan kontrak mulu…eca deh…atau kah budaya like and dislike masih melekat kayak lem ya Indo ini ..pfuihh!!... Ataukah aku perlu belajar menjilat? (kayak gukguk aja hehehe..). Padahal aku masih butuh kerjaan untuk hidupku dan keluargaku.
Bila pria: bagaimana aku bisa beli susu buat anakku? (kayak lagu Godbless aja :-p)
Bila wanita: bagaimana aku bisa pergi shopping, buat bantu suamiku untuk menghidupi keluarga aja ga bisa!! (sambil tereak!)
Andai seorang pekerja tetap:
Kasian banget yah yang kontrak (ini berlaku bagi yang masih punya rasa iba lho :-p), syukur deh aku dah jadi pegawai tetap, ga pusing2 lagi mikirin kerjaan. Tapi kayaknya aku mau cari gawe lagi ajah deh..mau cari yang gajinya lebih gede dan suasana kerjanya lebih enak (manusiawi banget yaks huehehe…)
Aku jadi ingat pada saat Pak Harto (dipaksa) turun tahta oleh rakyatnya, nah kalo pegawai kontrak ini (dipaksa) turun tahta oleh managemen kantornya hihiii…syeereemm.
Dengan keadaan seperti ini siapakah yang mesti disalahkan? Pekerja? Perusahaannya? Ataukah Pemerintahnya?
Yang pasti bila putus kontrak alias turun tahta, membuat hidup para pekerja di Indonesia tidak nyaman. Mengapa di Indonesia? karena di negara barat sono pekerja kontrak punya salary yang jauh lebih besar daripada pekerja tetap. Lalu..bagaimana dengan pendapat anda?
1 comments:
OUTSOURCING? GO TO HELL!!!
Posting Komentar